Koin TON, sebuah proyek Aset Kripto yang erat kaitannya dengan Telegram, baru-baru ini memicu perbincangan luas di industri. Meskipun Telegram memiliki basis pengguna yang besar, namun penggunaan nyata TON sangat mengkhawatirkan.
Menurut data DappRadar, meskipun TON mengklaim memiliki 900 juta pengguna potensial, pengguna aktif harian di rantainya hanya 2,1 juta, yang merupakan persentase yang sangat kecil. Yang lebih mengejutkan, diperkirakan 97% pengguna belum pernah membuka dompet TON. Kontras yang besar ini menyoroti kesenjangan antara basis pengguna dan tingkat partisipasi yang sebenarnya.
Kekuatan teknologi TON juga dipertanyakan. Meskipun mereka mengklaim dapat memproses transaksi hingga satu juta per detik, namun nilai TPS puncak yang diuji di mainnet hanya 12.000, kurang dari sepuluh persen Solana. Selain itu, keamanan kontrak pintar juga memiliki risiko, yang pernah menyebabkan aset senilai 22 juta dolar AS dibekukan.
Dari segi regulasi, TON juga menghadapi tantangan. Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) telah meninjau kembali kasus ICO tahun 2020, yang mengakibatkan Telegram didenda 1,8 miliar dolar AS, dan TON juga dinyatakan sebagai sekuritas yang tidak terdaftar. Serangkaian peristiwa ini membuat beberapa bursa utama, seperti Binance, memilih untuk menghapus TON dan menutup saluran penarikan.
Distribusi token TON juga patut diperhatikan. Menurut laporan, sepuluh alamat teratas mengendalikan 63% pasokan koin, sementara tim terus menjual, dengan rata-rata menarik uang sekitar 47 juta dolar AS per bulan. Sementara itu, total nilai terkunci (TVL) yang diklaim dalam ekosistem sebesar 17 miliar dolar AS dipertanyakan, di mana 94% berasal dari manipulasi palsu.
Masalah kemacetan jaringan juga mengganggu TON. Karena lonjakan transaksi sampah yang besar, biaya Gas melonjak ke tingkat yang mencengangkan, dengan biaya transfer tunggal mencapai 8,3 dolar, meningkat 1000 kali lipat dibanding sebelumnya.
Masalah-masalah ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh proyek Aset Kripto selama proses pengembangannya. Investor perlu tetap berhati-hati saat berpartisipasi dalam proyek semacam itu, dengan secara menyeluruh mengevaluasi kekuatan teknis proyek, kinerja pasar, dan risiko regulasi. Pada saat yang sama, ini juga memberikan peringatan bagi seluruh industri, mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan nilai aplikasi nyata dari proyek dan keberlanjutan jangka panjang.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Koin TON, sebuah proyek Aset Kripto yang erat kaitannya dengan Telegram, baru-baru ini memicu perbincangan luas di industri. Meskipun Telegram memiliki basis pengguna yang besar, namun penggunaan nyata TON sangat mengkhawatirkan.
Menurut data DappRadar, meskipun TON mengklaim memiliki 900 juta pengguna potensial, pengguna aktif harian di rantainya hanya 2,1 juta, yang merupakan persentase yang sangat kecil. Yang lebih mengejutkan, diperkirakan 97% pengguna belum pernah membuka dompet TON. Kontras yang besar ini menyoroti kesenjangan antara basis pengguna dan tingkat partisipasi yang sebenarnya.
Kekuatan teknologi TON juga dipertanyakan. Meskipun mereka mengklaim dapat memproses transaksi hingga satu juta per detik, namun nilai TPS puncak yang diuji di mainnet hanya 12.000, kurang dari sepuluh persen Solana. Selain itu, keamanan kontrak pintar juga memiliki risiko, yang pernah menyebabkan aset senilai 22 juta dolar AS dibekukan.
Dari segi regulasi, TON juga menghadapi tantangan. Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) telah meninjau kembali kasus ICO tahun 2020, yang mengakibatkan Telegram didenda 1,8 miliar dolar AS, dan TON juga dinyatakan sebagai sekuritas yang tidak terdaftar. Serangkaian peristiwa ini membuat beberapa bursa utama, seperti Binance, memilih untuk menghapus TON dan menutup saluran penarikan.
Distribusi token TON juga patut diperhatikan. Menurut laporan, sepuluh alamat teratas mengendalikan 63% pasokan koin, sementara tim terus menjual, dengan rata-rata menarik uang sekitar 47 juta dolar AS per bulan. Sementara itu, total nilai terkunci (TVL) yang diklaim dalam ekosistem sebesar 17 miliar dolar AS dipertanyakan, di mana 94% berasal dari manipulasi palsu.
Masalah kemacetan jaringan juga mengganggu TON. Karena lonjakan transaksi sampah yang besar, biaya Gas melonjak ke tingkat yang mencengangkan, dengan biaya transfer tunggal mencapai 8,3 dolar, meningkat 1000 kali lipat dibanding sebelumnya.
Masalah-masalah ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh proyek Aset Kripto selama proses pengembangannya. Investor perlu tetap berhati-hati saat berpartisipasi dalam proyek semacam itu, dengan secara menyeluruh mengevaluasi kekuatan teknis proyek, kinerja pasar, dan risiko regulasi. Pada saat yang sama, ini juga memberikan peringatan bagi seluruh industri, mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan nilai aplikasi nyata dari proyek dan keberlanjutan jangka panjang.